Ikan nila menjadi salah satu sumber protein yang banyak digemari masyarakat karena harganya yang murah dan juga rasanya yang nikmat.
Ikan ini juga mengandung kadar lemak, kolesterol, juga kalori yang lebih rendah dibandingkan daging sapi juga babi. Ikan nila juga kaya akan vitamin, mineral, serta asam lemak yang baik untuk kesehatan tubuh.
Sayangnya, tidak semua ikan nila baik untuk dikonsumsi setiap hari. Beberapa ikan hasil budidaya seperti nila ternyata memiliki risiko kesehatan utama yang patut diwaspadai.
Bahkan, beberapa ahli gizi mengatakan bahwa memakan ikan nila jauh lebih buruk daripada mengkonsumsi daging asap.
Picu Radang dan Asma
Ikan menjadi alternatif favorit untuk manusia agar mendapatkan asupan asam lemak omega 3 dan berguna menurunkan tekanan darah, mengurangi kolesterol dalam aliran darah, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Omega 3 juga bisa meminimalisir potensi arthritis, penyakit jantung, depresi, hingga kanker.
Berdasarkan sebuah studi Universitas Wake Forest pada 2008 lalu, ikan nila mengandung lebih banyak omega 6 daripada omega 3 dengan rasio 11 banding 1.
Meski omega 6 juga dibutuhkan, perbandingan rasio antara omega 6 juga 3 yang baik untuk tubuh adalah 2 sampai 4.
Terlalu banyak asupan omega 6 dapat meningkatkan risiko asma, arthritis, juga kondisi peradangan lain dalam tubuh tersebut.
Penelitian tersebut juga memaparkan bahwa resiko radang dari mengonsumsi hamburger juga bacon babi lebih rendah daripada ikan nila budidaya.
Meningkatkan Risiko kanker
Peternak di China kerap memberi pakan ikan nila budidaya menggunakn kotoran binatang seperti bebek, babi, juga ayam.
Mengonsumsi ikan nila budidaya seperti itu dapat meningkatkan resiko kanker 10 kali lipat daripada nila ditangkap di alam liar.
Laporan ini diperkuat penelitian Economic Research Service of the US Department of Agriculture (USDA) tahun 2009 lalu, dan menemukan bahwa banyak makanan laut diimpor dari China dibudidayakan dalam industri di mana air, udara, jug tanah terkontaminasi disana.
Penelitian tersebut juga menuturkan disitu, jika menjadi hal lumrah di China untuk membuang ampas juga limbah ternak unggas ke ladang atau menggunakannya sebagai pakan ikan ternaknya.
Kantor berita Bloomberg pernah melaporkan bahwa penggunaan kotoran hewan untuk pakan ikan budidaya merajalela di China. Hal ini menjadi perhatian khusus AS mengimpor 70 persen ikan nila dari Negara China.
Pada 2006, nila yang diimpor dari China telah disertakan Seafood Watch dalam daftar ikan yang patut dihindari.
Mengandung Pestisida dan Bahan Kimia
Nila dibudidayakan dalam kolam ikan dan sering penuh sesak disitu, dan ikan tersebut rentan terhadap penyakit. Sang peternak lantas kerap memberikan ikannya antibiotik untuk mencegah penyakit.
Para peternak tersebut sering memberikan pestisida untuk mengobati kutu juga masalah kesehatan umum lainnya pada ikannya.
Bahan kimia tersebut memang efektif membuat ikan-ikan nila tersebut tetap sehat. namun, ketika ikan tersebut dikonsumsi manusia itu bisa berbahaya untuk kesehatan.
Salah satunya Dibutylin yang merupakan bahan kimia digunakan dalam pembuatan plastik, juga bisa ditemukan pada ikan nila yang dibudidayakan. Kimia beracun itu diketahui menyebabkan peradangan juga melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia.
Bahan tersebut bisa meningkatkan resiko alergi,obesitas, asma, juga gangguan metabolisme.
Selain Dibutylin, dioksin juga suka ditemukan pada ikan nila. Kimia jenis ini sering dikaitkan pemicu perkembangan kanker juga masalah kesehatan serius lainnya.